Kisah islami menyentuh hati
Kisah
islami menyentuh hati kali ini, datang dari cerita yang dituturkan
kembali, oleh salah seorang dosen hukum di salah satu universitas
terkemuka di Indonesia.
Selain
berprofesi sebagai seorang dosen, beliau juga seorang notaris. Dari
sekian banyak klien, salah satunya ada seorang waria. Beliau cukup
dekat, dan mengetahui kehidupan waria ini.
Sudah barang tentu, dosen hukum tersebut mengetahui agama yang dianut Si Waria, seorang muslim. Suatu hari, Si
Sudah barang tentu, dosen hukum tersebut mengetahui agama yang dianut Si Waria, seorang muslim. Suatu hari, Si
Waria
datang kepada dosen hukum itu untuk mengurus suatu hal. Kali ini, di
balik senyum merah merona dan rambut panjang semampai itu, diam – diam
ia tidak dapat menepis kenyataan yang mengganggunya. Terlebih lagi
ketika musim haji tiba.
Si Waria ini sadar, sudah lama ia mengklang dari kewajiban shalat lima waktu dan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Namun,
ia merasa terlanjur, masuk ke dalam kehidupan yang sekarang dijalani.
Apalagi sama sekali tidak ada kepedulian dari orang tuanya. Kadang ia
lebih tidak peduli lagi.
Sambil
menangis, Si Waria ini ungkapkan kegelisahannya. Tentang bagaimana nanti
dia mempertanggung jawabkan perbuatannya pada Allah.
Dia
masih berhadapan dengan jalan buntu. Di sisi lain, ketika musim haji
tiba, dengan materi berkecukupan sekarang, ia ingin menunaikan salah
satu rukun islam itu. Tapi, ia bingung, harus dengan pakaian apa ia menghadap, dan menginjakkan kakinya di rumah Allah.
Hingga
akhirnya, Si Waria ini berpesan kepada dosen hukum, bahwa ketika nanti
ajalnya tiba, ia ingin diperlakukan sebagaimana pertama kali ia
dilahirkan.
Kisah islami sahabat nabi
Salah satu kisah islami sahabat nabi, adalah kisah Abu Bakar. Abu bakar, adalah sahabat Rasulullah yang pertama kali memeluk agama Islam.
Ia
ada sosok yang senang bertafakur, dan berkorban paling banyak di jalan
Allah. Maka dari itu, Allah memberinya hadiah berupa kepekaan jiwa.
Hadiah tersebut membuat beliau, memahami al-Quran lebih dalam daripada
sahabat yang mengerti dan mendalami tafsir.
Ketika ayat tentang sempurnanya agama turun, sahabat – sahabat yang lain merasa senang dan gembira, kecuali Abu Bakar.
Abu
Bakar justru menangis, karena memahami satu hal. Dengan turunnya ayat
yang menerangkan sempurnanya al-Quran, maka akan rampunglah misi
kenabian Rasulullah Saw. di bumi. Dengan kata lain, Rasulullah Saw. akan
segera pulang ke rahmatullah.
Setelah mengetahui sebab Abu Bakar menangis, barulah sahabat – sahabat yang lain turut menangis.
Kisah islami tentang kejujuran
Kisah islami tentang kejujuran
ini, selanjutnya datang dari sahabat Kaab bin Malik dan dua sahabat
lainnya. Kaab bin Malik absen dari Perang Tabuk karena keterlambatannya
menyiapkan perbekalan untuk berangkat perang.
Ia
merasa gelisah, karena orang – orang yang mangkir dari perang, termasuk
ke dalam orang munafik dan mendapatkan dosa besar. Terlebih lagi jika
alasan mangkir itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sempat
ada maksud hati untuk berbohong, namun Kaab urungkan, dan memutuskan
untuk mengatakan yang sejujurnya, perihal tidak hadirnya ia dalam Perang
Tabuk. Rasulullah Saw. menerimanya, dan Kaab pun menerima konsekuensi
atas perbuatannya.
Pada hari ke-50
hukumannya, Kaab mengadukan masalahnya kepada Allah usai shalat sebelum
fajar. Kemudian Rasulullah memanggilnya, dan memberi tahu bahwa Allah
telah mengampuni dosa Kaab dan dua orang sahabat yang lainnya. Ampunan
Allah untuk Kaab dan dua sahabat lainnya, ada dalam Surat at-Taubah ayat
117 sampai 119.
Kejujuran mereka
bertiga berbuah manis, walau harus menerima konsekuensi. Karena alasan
mereka absen dari Perang Tabuk, bukanlah untuk sengaja berpaling dari
kewajiban.
https://wisatanabawi.com/kisah-islami/
0 Komentar